PENDAHULUAN
Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani
yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku. Ia terkenal dengan ketaatan
dan kesetiaanya kepada TUHAN, Allah Israel dan sekaligus mampu menjadi saksi
iman di tengah pembuangannya di Babel. Siapa sesungguhnya Daniel?
Daniel terlahir sebagai bangsawan dan lahir
sekitar tahun 625 SM (1:3-4). Ia mendapatkan pelajaran yang sangat keras
melalui pengalaman hidupnya yakniia dibawa ke dalam pembuangan oleh raja
Nebukadnezar. Pada saatmengalami pembuangan itu, Daniel berusia sekitar 20
tahun. Menarik untuk disimak bahwa Daniel bersama dengan beberapa orang muda
terpilih dalam rekrutme bekerja di istana raja. Awal pertama mereka harus
menikuti kegiatan pelatihan yang sifatnya “ikatan dinas” yaitu setelah tiga
tahun belajar dan dididik dalam
pengetahuan keistanaan mereka wajib bekerja kepada raja (bd.1:4,5).
Alkitab menyebutkan bahwa ada 4 orang dari
Yehuda yang lolos seleksi yakniDaniel (kemudian disebut Beltsazar = kiranya ibu
dewa bel melindungi raja);Hananya yang berarti yang dikasihi Tuhan (kemudian
disebut Sadrakh =Disinari oleh Dewa Matahari Ba); Misael yang berarti Siapakah
Allah?(kemudian disebut Mesakh= hamba dari Dewa Shach); dan Azaraya yang
berarti Tuhan adalah penolongku (kemudian disebut Abednego = hamba dari dewa
Nego).
Karier para pemuda Yehuda ini terbilang
sangat baik dan terus menanjak, istimewa Daniel yang diberi nama sebutan orang
Babel, yakni Beltsazar itu.Dalam pasal 2:48, Nebukadnezar mengangkatnya menjadi
kepala penguasa di propinsi Babilonia dan kepala gubernur dari seluruh
orang-orang bijak dari Babilonia.
Puncak karier Daniel adalah ketika ia berusia
90 tahun, pada masa pemerintahan Raja Darius dari Media, yangmengangkat Daniel
menjadi salah satu dari tiga pejabat Raja dan bahkan Sang Raja sempat berpikir
untuk menetapkannya menjadi pemimpin seluruh Kerajaannya (6:4).
Pada latar kisah inilah bacaan kita minggu
ini dimulai.
GALIAN PERIKOP
Terdapat beberapa catatan penting dalam pasal
6:1-6 ini yang perlu didalami untuk mengungkap kesuksesan dibalik karier Daniel
ini, yakni:
1.
Dalam ayat 1-4 kita disuguhkan suatu kenyataan menarik bahwa Dainel
terpilih sebagai salah satu dari 3 Pejabat Tinggi Kerajaan yang membawahi 120
pejabat wakil raja di seluruh kerajaan. Tugas utama Daniel adalah menjadi
pengawas terhadap para wakil raja serta secara khusus menjaga wibawa raja agar
kekuasaan dan kekayaan raja dapat diper-tanggung-jawabkan dan tidak terjadi
kerugian.
Posisi ini bisa dibilang cukup “basah” dan
sangat menjanjikan untuk dapat peluang memperkaya diri sendiri atau bahasa
modern sekarang Korupsi. Mengapa tidak? Seluruh wakil-wakil raja yang membawahi
luasnya kerajaan itu, dan bahkan sampai daerah jajahan sekalipun wajib untuk
melaporkan apapun kondisi dan perkembangan kerajaan kepada Daniel termasuk juga
barangkali jumlah upeti dan kekayaan raja.
Dengan kata lain, 3 0rang ini termasuk Daniel
adalah pejabat tertinggi setelah Raja Darius tentunya. Satu-satunya pejabat
yang mengawasi dan dapat memerintah Daniel adalah Raja sendiri. Tapi adalah
mustahil seorang Raja melakukan pengawasan melekat kepada mereka bertiga sebab
tugas itu sudah dilimpahkan kepada mereka sendiri (bd. Ay.3). Maka peluang
untuk terjadi kejahatan “korupsi” sangatlah mungkin tanpa sepengetahuan raja.
Daniel bisa saja memanfaatkan posisi dan jabatannya itu demi kesenangannya.
Namun kita menemukan hingga akhir kisah ini, Daniel tetap “bersih” dari
penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan.
2.
Daniel bukan saja hidup “bersih” dari penyalah-gunaan jabatan dan
kekuasaan, ia bahkan mampun untuk bekerja dengan baik dan berhasil dalam tugas
dan tanggung-jawabnya itu. Hal ini terbukti lewat suksesnya Daniel
“mengkaryakan” posisinya untuk kejayaan kerajaan sehingga oleh raja ia
dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi lagi dari rekan-rekan sekerjanya.
Daniel disiapkan menjadi penguasa seluruh kerajaan Darius (ay.4).
Dengan kata lain, Daniel adalah seorang
pekerja keras dan bukan pribadi yang cepat puas terhadap capaian diri. Ini
tidak berarti bahwa Daniel seorang yang ambisius dan tidak pernah ingin
berhenti mencapai posisi. Bukan, Daniel tidak seperti itu!! Hal ini disebabkan,
menurut ayat 4, karena Daniel memiliki roh yang luar biasa. Apapun maksud dari
pernyataan ayat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Daniel memperoleh
“Karunia” lebih dari mereka yang lain karena TUHAN menganugerahkannya. Dapatlah
dikatakan bahwa semakin besar karunia yang ia miliki, semakin tinggi juga nilai
capaian dan pertanggung-jawabannya kepada Sang Pemberi karunia. Artinya,
talenta itu tidak ditanam Daniel dalam tanah.
3.
Mengapa Daniel mampu mencapai prestasi sedemikian? Kita pastilah sepakat
bahwa itu atas anugerah TUHAN, Allah Israel yang juga adalah Allah-nya Daniel. Namun,
hal yang perlu ditelusuri adalah kehadiran Allah bagi Daniel pastilah ada
alasannya. Mengapa ia begitu disertai TUHAN; apakah yang sudah dilakukan
Daniel? Jawabannya kita temukan pada sikap dan sifat Daniel sebagai pribadi
yang dikasihi Allah (10:11), yakni:
a. Daniel
hidup dalam ketaatan (6:5,6)
Sesuatu yang penting dan utama dari tokoh ini
adalah Daniel seorangpribadi yang memiliki semangat rohani yang luar biasa. Hal
ini nampak dan jelas dinyatakan dalam ayat 5 bacan kita bahwa ketaatanNya
kepada Allah dilakukan lewat “hidup bersih” dari segala kesalahan dan
penyelewengan aturan kerajaan; yang diimbangi dengan Ketaatannya beribadah
kepada Allah.
Daniel berhasil melakukan apa yang
dikehendaki raja. Nilai kepercayaan raja tidak disia-siakan Daniel. Ia berhasil
dipercayai manusia sehingga tidak satupun ditemukan kesalahan terhadapnya. Di
sisi lain, kedekatannya dengan TUHAN adalah nilai lebih dan nilai beda dari
para pejabat kerajaan. Kehidupan spiritualitasnya demikian baik yang justru
terbentu karena hidupnya yang selalu beribadah kepada TUHAN.
b. Daniel
memilih menyenangkan TUHAN dari pada manusia (6:11-12)
Disebutkan di atas bahwa Daniel taat pada
aturan kerajaan. Namun Daniel juga memiliki prinsip hidup spiritualitas yang
teruji. Saat aturan kerajaan menghalanginya untuk beribadah kepada Allah,
Daniel lebih memilih taat kepada TUHAN, Allah-nya dari pada aturan dan
ketetapan manusia.
Perhatikanlah apa yang terjadi pada ayat 11
dan 12 bacaan kita. Harusnya jika ingin “aman” dari masalah hukum, bisa saja
Daniel mengambil langkah taktis yang kompromistis yaitu: untuk sementara
menunda beribadah kepada TUHAN selama 30 hari (aturan ayat 8) dengan keyakinan
“pastilah TUHAN mengerti” kondisi ini. Luar biasanya adalah, Daniel tidak
memilih langkah “aman” ini.
Apa yang ia lalukan? Daniel sadar bahwa ada
larangan tentang beribadah kepada TUHAN, Allah. Kalaupun Daniel tetap berniat
beribadah, harusnya ia segera menutup jendela dan kemudian berdoa diam-diam
kepada TUHAN, Allahnya. Namun justru yang dilakukannya berbeda. Pada ayat 11
pasal 6, Daniel justru berdoa dengan jendela yang terbuka mengarah ke Yerusalem
dan tentu saja efeknya, setiap orang dapat melihat dan mendengar ketika ia
sedang berdoa. Akhirnya ia ditangkap.
c. Daniel
hidup mengekspresikan Kasih Allah (6:22-23)
Normalnya reaksi seseorang ketika disakiti
adalah merasa dendam dan lebih cendrung memutuskan tali silahturahmi dengan
orang lain yang telah melukai hati. Namun tidak demikian dengan Daniel. Ia
mampu mengekspresikan Kasih Allah dalam dirinya lewat “melepaskan pengampunan”
dan memaafkan sikap raja yang kurang bijak memjatuhi hukuman ke goa singa
untuknya.
Sikap Daniel ini tergambar dalam ayat 22-23
ketika menjawab pertanyaan Raja dengan penuh hormat dan sanjungan tanpa
menunjukkan sedikitpun rasa benci atau dendam. Inilah integritas pribadi yang
mengasihi dan dikasihi Allah.
d. Daniel
tidak “silau” dengan harta duniawi (5:16,17)
Kita juga menemukan pribadi Daniel yang tahan
uji dalam hal kekayaan dan kehormatan. Saat ia harus membaca tulisan di dinding
itu dan menguraikan maknanya, Daniel ditawarkan hadiah dan jabatan yang luar
biasa tak ternilai. Jika ia tidak tahan uji, pastilah tidak akan terucap dari
bibirnya dalam ayat 17 yang berbunyi: “tahanlah hadia tuanku … berikanlah
kepada orang lain.” Mengapa demikian? Karena yang utama bagi Daniel adalah
menyampaikan pesan TUHAN melalui tulisan itu dan bukan soal iming-iming hadiah
yang menggiurkan.
Daniel Fokus pada misi Allah bagi raja yang
mencoreng kekudusan-Nya karena menajiskan alat-alat Bait Suci yang kudus itu.
Harta dan kekuasaan tidak mampu mengalihkan Daniel pada prioritas utamanya
ketika dihadirkan TUHAN dalam pembuangan tersebut, yakni menjadi jurubicara-Nya
bagi bangsa tersebut.
Itulah empat alasan dari sekian banyak hal
lain tentang sikap dan sifat Daniel sehingga ia menjadi pribadi yang berhasil
di tengah pergumulan pembuangan dan sekaligus menjadi pribadi yang sangat di
kasihi TUHAN, Allah Israel.
APLIKASI DAN RELEVANSI
Dari uraian di atas, pastilah ditemukan
beberapa pokok penting yang cukup relevan dengan kehidupan orang percaya saat
ini, secara khusus berhubung dengan menjadi pribadi yang berkenan kepada Tuhan
Yesus Kristus.
Silakan direnungkan dan kembangkan beberapa
pokok ini yang mungkin dapat direlevansikan:
1.
Jangan hanya bangga dan berhenti pada menjadi orang KRISTEN yang
percaya, tapi jadilah orang yang dapat DIPERCAYA! Daniel adalah pribadi yang
sangat dipercayai dikalangan istana termasuk raja karena sikap dan sifat yang
ditunjukkannya.
2.
Pada jaman Daniel bangsa Media menyembah berhala. Tetapi Daniel justru3
kali sehari berlutut untuk berdoa dan menyembah Allah dan setia beribadah
kepadaNya. Lingkungan seringkali memperngaruhi pola pikir, pola tutur dan pola
laku setiap orang. Tapi hal ini tidak mempengaruhi Daniel. Mengapa? Karena ia
setia kepada Allah. Pada bagian akhir justru bukan lingkungan pembuangan itu
yang mempengaruhi Daniel, namun justru kerajaan itu berhasil dipengaruhi Daniel
karena imannya (bd. 6:26-28)
3.
Banyak orang sering melupakan Tuhan saat telah mencapai nikmat hidup.
Tidak demikian dengan Daniel. Kesetiaannya kepada TUHAN tetap terjaga di tengah
gemilaunya harta dan tingginya jabatan dan kekuasaan yang ia peroleh. Kejatuhan
orang percaya lewat meninggalkan TUHAN lebih besar kemungkinannya saat hidup
dan keadaan sangat berkelimpahan dan tak berkesusahan. Semakin bergumul,
pastilah semakin dekat dengan TUHAN. Namun jika jauh dari persoalan, jauh juga
hidup kerohaniaannya dari TUHAN. Daniel adalah contoh pribadi yang memiliki
integritas iman yang mumpuni ketika ia tidak mampu dipengaruhi oleh keadaan
apapun.
Selamat Menyiapkan Khotbah
By. Pdt. Nyoman Djepun, S.Th
0 komentar :
Posting Komentar