Sabtu, 15 Februari 2014

Dalam dunia kuno, ketika dua bangsa bertempur maka yang terutama bertempur adalah allah-allah sesembahan bangsa itu. Maka kita perlu melihat bahwa pertempuran yang terjadi dalam kitab Keluaran adalah pertempuran antara Allah Israel dengan para allah Mesir.
Firaun merupakan salah satu allah Mesir dan karenanya tidak mengherankan bila Firaun menyombongkan diri dengan tidak mau mengenal dan mengakui Yahweh. Ia berkata "Siapakah TUHAN (terjemahan dari kata Yahweh) itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi" (bd. ay.2). Bahkan dengan murka Firaun kemudian memberi perintah agar pekerjaan orang Israel diperberat. Orang Israel disuruh membuat batu bata dalam kuota yang sama, tetapi pekerjaan mereka ditambah dengan harus mengumpulkan jerami sendiri (7-8). Orang Israel tentu saja tidak dapat memenuhi tuntutan Firaun. Akibatnya, mandur-mandur Israel kemudian dipukul oleh pengerah-pengerah Firaun (bd. ay14).
Para mandur yang dipukul kemudian marah kepada Musa dan Harun setelah mengetahui bahwa semua ini terjadi sebagai akibat pertemuan Musa dan Harun dengan Firaun. Musa kemudian juga kesal kepada Tuhan dan mengeluh bahwa Tuhan tidak melepaskan umat-Nya dari penderitaan tersebut. Namun sesungguhnya semua itu ada dalam rencana Tuhan, karena memang Tuhan akan memaksa Firaun untuk membiarkan umat-Nya pergi dengan tangan yang kuat (ay. 24).
Dalam kehidupan iman kita pun selalu ada peperangan rohani. Namun Allah tidak akan menyelamatkan kita dengan bernegosiasi dengan Iblis dan pengikutnya. Kita tidak perlu berkeluh kesah atau bersungut-sungut karena Allah akan menyelamatkan kita dengan tangan-Nya yang kuat, yaitu dengan mengalahkan Iblis dan pengikutnya. Dengan demikian kita harus melihat bahwa kesulitan yang kita alami dalam hidup -terutama ketika kita mau taat kepada Tuhan- merupakan hal yang wajar dan pasti terjadi karena memang akan ada peperangan rohani ketika kita mau taat kepada Allah.
Terdapat beberapa hal penting untuk direnungkan dalam bacaan kita ini untuk menjadi kekuatan bagi kita menjalani hidup ini, yakni:
1.   Ketika melakukan pengutusan Tuhan, tidak selalu semua berjalan dengan lancar, pasti ada hambatan dan halangan. Hambatan yang dialami Harun dan Musa datang dari luar (Firaun) maupun dari dalam (para mandor bangsa Israel sendiri). Dalam kita melakukan pengutusan Tuhan, hambatan juga bisa datang dari orang Kristen sendiri, dari sesama pelayan, atau bahkan dari kondisi seperti penyakit. Orang yang sungguh melayani Tuhan pasti tidak akan lepas dari halangan dan kesulitan.
2.   Kita harus berani melawan kecenderungan untuk mencari kambing hitam saat mengalamikesulitan, karena rasa marah, kecewa, dan sedih bisa saja muncul dan jika sudahterkumpul kita sering mencari sasaran emosi. Para mandor Israel mempersalahkan Harun dan Musa sebagai penyebab penderitaan bangsa Israel, dengan melontarkan kata-kata yang tajam dan melemahkan sekali, padahal yang bersalah adalah Firaun.
3.       Saat melakukan pengutusan Tuhan, kita memang akan mengalami hambatan. Akan tetapi itu bukan jadi alasan untuk lari dari pelayanan, bahkan kita harus kembali kepada Tuhan. Musa pasti merasa kecewa sekali karena ia dituduh menjadi penyebab penderitaan orang Israel, padahal ia ingin meringankan beban orang Israel. Kejadian ini mirip dengan kisah 40 tahun sebelumnya, ketika dia ditolak oleh bangsanya sendiri saat ingin membantu. Saat itu ia melarikan diri dari Mesir. Sekarang, ia memilih untuk tidak lari lagi dari Mesir atau kembali ke Midian, melainkan ia memilih untuk kembali kepada Tuhan dan mengungkapkan kekecewaannya (Keluaran 5:22-23). Marilah kita belajar untuk mencurahkan hati kepada Tuhan, karena dari situ kita akan mendapatkan kekuatan untuk melakukan pengutusan Tuhan.
4.       Kisah Musa sebagai pemimpin yang besar, tapi ia pernah ditolak mentah-mentah dan habis-habisan. Keluaran pasal 5 menceritakan pengalaman Musa yang ditolak oleh Firaun maupun bangsanya sendiri, sampai-sampai Musa seperti hilang semangat dan hilang harapan. Secara gamblang, Firaun menganggap sepele permintaan Musa, serta meragukan diri Musa, juga Tuhan yang mengutus Musa, bahkan menanggapi dengan negatif (ay. 1-5). Harga diri Musa diinjak-injak oleh Firaun dengan cara semakin menindas orang Israel lebih kejam lagi (ay. 6-11). Penolakan yang lebih membuat hati Musa hancur, ketika bangsanya sendiri meragukannya sebagai utusan Tuhan. Kehadiran Musa dirasakan tidak membawa berkat, melainkan membawa masalah lebih berat bagi bangsa Israel. 
Apa yang dilakukan Musa ketika penolakan terhadap dirinya terjadi? Musa berdoa, mengadu dan berteriak kepada Tuhan. Musa tidak memakai jalan sendiri atau mengemis pada Firaun, penguasa saat itu. Musa percaya bahwa Tuhan pasti punya jawaban atas setiap situasi dan kondisi yang dia alami. Dengan doa dan berkomunikasi dengan Tuhan, berarti Musa mau dengar-dengaran akan suara/jawaban dari Tuhan sendiri, bukan dari orang lain atau asumsi dirinya sendiri. Melalui doa, Musa menemukan jawaban Tuhan bahwa Tuhan sanggup bertindak dengan atau tanpa Musa, Musa disadarkan bahwa dirinya hanyalah alat. Tuhanlah yang kuasa, bukan diri Musa, dan pekerjaan yang harus dikerjakan Musa semata-mata adalah pekerjaan Tuhan, bukan ambisi pribadi Musa. 
Ketika kita/pekerjaan/pelayanan ditolak orang-orang di sekeliling kita, berlutut dan berdoalah pada Tuhan. Tuhan akan mendengar dan pasti akan memberi jawaban yang tepat supaya kita memahami kehendak-Nya. Karena itu tetaplah maju berkarya bagi Tuhan. Aeperti Israel yang tidak bisa melihat rencana Allah yang besar di balik derita mereka, demikian kita juga tidak pernah tahu rencana Tuhan bagi hidup kita. Tetapi jangan bersungut, teruslah jalani hidup yang berkenan kepada Tuhan. Amin.
(dari berbagai sumber)

0 komentar :

Posting Komentar

bahanrenungankita
karangjoang