Sabtu, 08 Maret 2014

MAZMUR 77:12-21

Pendahuluan
Siapapun kita pasti pernah mengalami pasang surut kehidupan. Ada saat hidup penuh dengan damai sejahtera, namun juga ada kondisi di mana hidup penuh tantangan dan persoalan. Bisanya ketika mengalami hidup yang penuh damai dan kesenangan, kita menikmatinya dengan penuh kegirangan dan kelegaan. Bahkan tanpa sadar, kesenangan hidup itu sering membawa kita terlena dan melupakan sumber dari segala kebahagian hidup, yakni Tuhan sang pengasih. Bukan itu saja, kesenangan hidup jugalah yang kemudian mulai menggiring kita untuk menjauh dari Tuhan dan jatuh dalam dosa.
Lain halnya ketika kemudian hidup yang kita jalani tiba2 berubah dari bahagia menjadi sengsara dan penuh pergumulan. Hal utama dan pertama yang dilakukan adalah mencari-cari Tuhan untuk memohon pertolongan. Bahkan kadang sadar atau tidak, kita mencari Tuhan bukan untuk meminta pertolongan, melainkan meminta pertanggung-jawaban Tuhan. Tuhanlah yang layak kita anggap penyebab sengsara hidup ini. Tuhan kita anggap sudah tudak mengasihi kita lagi. Sehingga penyebab utama hidup sengsara, kita sebut Tuhanlah penyebabnya.
Telaah Perikop (Tafsiran)
Kondisi inilah yang tergambar dalam bacaan kita hari ini. Mazmur ini diciptakan waktu keadaan umat Israel susah sekali, yaitu di masa yang menyusul kembalinya umat dari pembuangan. Hati pemazmur sangat tertekan dan ia hampir hilang kepercayaannya kepada Tuhan sebagai pelindung dan penolong umatNya (bd. Maz 77:2-11).
Jika kita memperhatikan awal kisah pembuangan Israel dan bahkan melihat pola laku bangsa pilihan ini, maka pastilah kita setuju bahwa pembuangan itu dan kesengsaraan tersebut merupakan dampak dari dosa dan kesalahan umat kepada Allah. Namun sengsara hidup dan derita yang mereka alami acap kali hanya direfleksikan sebagai bentuk murka Allah dan kebencian Allah bagi umatNya. Tuhan sudah tidak mengasihi Israel dan menolak bangsa pilihan (bd. Ay. 8,9) adalah anggapan umum umat waktu mengalami pembuangan. Tuhan menjadi “kambing hitam” dan penyebab sengsara mereka.
Cara berpikir yang keliru ini dituturkan oleh Asaf penulis Mazmur mulai dari ayat 2-11 bacaan SBU pagi. Menurut pemazmur apa yang mereka alami dalam kesengsaraan disebabkan oleh Tuhan. Mengapa demikian? Karena pemazmur melihat sendiri dan mengingat masa lalu tentang berbagai derita pembuangan hingga mereka kembali ke kampung halaman. Dalam keputusasaan mengalami derita, pemazmur berseru dengan nyaring meminta pertolongan, namun tangan Tuhan seakan enggan menolong (ay.3,4). Bahkan lebih jauh, pemazmur mencoba merenungkan ulang kisah masa lalu hidup mereka, dan dalam kegetiran ia menyimpulkan bahwa Tuhan telah berubah (ay.11).
Syukurlah bahwa perspektif yang keluru ini diubah oleh Asaf dengan cara pandang yang baru ketika mengalami persoalan dan tekanan kehidupan. Perhatikan beberapa hal yang disampaikan dan dilakukan pemazmur ketika melihat masalah dan beban hidup itu dengan cara yang baru, yakni:
1.       Pemazmur tetap melihat masa lalu. Tetapi kali ini dengan cara yang berbeda. Ia tidak melihat dan mengingat masa lalu yang kelam dan sulit. Namun yang diingat dan direnungkan adalah perbuatan-perbuatan TUHAN yang ajaib (ay.12.).
Mengingat perbuatan Allah yang ajaib rupanya adalah upaya pemazmur untuk membuktikan bahwa TUHAN tetap berkuasa atas mereka dan perbuatan ajaib Allah selalu ada sejak zaman purbakala. Dengan cara pandang seperti ini, Asaf ingin mengajak umat Israel untuk meyakini bahwa kuasa Allah tidak pernah berubah. Sekaligus meralat pernyataan ayat 11 bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah, tidaklah benar. TUHAN Allah tidak berubah sebab sejak purbakala perbuatan ajaibNya telah ada.
Dengan mengingat-ingat perbuatan Tuhan masa lampau, ia berharap beroleh kekuatan untuk tetap percaya dan mengandalkan Dia! Ingatannya terhadap perbuatan Tuhan masa lalu membawanya kepada kekaguman luar biasa pada kuasa Allah sekaligus menjadikan itu sebagai kekuatannya menghadapi tantangan hidup.
2.       Perhatikan ayat 13 bacaan kita. Pemazmur bukan hanya mengingat perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib itu di masa lampau, namun juga ia merenungkan peristiwa2 itu sebagai suatu refleksi iman tentang kuasa Allah yang ajaib. Walaupun tidak disebutkan hasil perenungan itu, namun kita dapat menduga dengan pasti bahwa hasilnya adalah hal-hal positif yang membangkitkan semangat iman untuk berjuang dan berpeng-harapan dalam TUHAN. Hal ini terlihat jelas ketika ia dengan berani, semangat menyebut atau menceritakan perbuatan2 TUHAN itu.
Tidak disebutkan mengapa ia menyebut perbuatan TUHAN itu. Hal ini harus dilihat dalam pemahaman pengajaran Israel dari generasi ke generasi. Menyebut perbuatan Tuhan berarti menceritakan perbuatan TUHAN itu. Ini bermakna bahwa pemazmur tidak hanya merenungkan untuk diri sendiri namun ia berani bersaksi tentang TUHAN yang ajaib tersebut kepada orang lain. Itu berarti pemazmur sedang mengajarkan kepada orang lain tentang Allah dan perbuatanNya yang ajaib itu.
3.       Perhatikanlah bagaimana cara pemazmur menuturkan dan menyebut perbuatan2 ajaib yang dilakukan TUHAN dalam hidup bangsa Israel pada ayat 16-21..! SANGAT DETAIL, itulah cara pemazmur menyebut perbuatan-perbuatan TUHAN yang ajaib itu. Terkesan kuat seakan pemazmur mengalami sendiri peristiwa nenek moyangnya mengalami tangan TUHAN yang membebaskan mereka melalui Musa dan Harun. Pemazmur dengan lugas dan jelas menyebut tahap demi tahap berbuatan Tuhan itu.
Hal ini perlu dipertanyakan!! Bagaimana mungkin pemazmur mengingat detail peristiwa masa lalu padahal ia sendiri tidak mengalami zaman Musa dan Harun? Jawaban yang pasti adalah bahwa pemazmur mendengar kisah itu dari orang tua yang menuturkannya dari generasi ke generasi. Mungkin juga ia membaca kisah tersebut dalam tulisan-tulisan suci Israel. Yang pasti pemazmur sangat mengenail Allah dan perbuatanNya itu dan tidak melupakan kebaikan2 yang telah Tuhan perbuat baginya dan nenek moyang Israel.
Relevansi dan Aplikasi (penerapan)
semua orang pernah mengalami kesulitan di dalam kehidupan, termasuk orang Kristen. Di dalam kesusahan hidup, siapakah yang kita cari? Seringkali kita tidak lagi mau mencari TUHAN karena kita menganggap TUHANlah yang bertanggungjawab atas semua kesusahan kita. Kita menganggap Dia tidak dapat menjaga dan memelihara kita sebagaimana janjiNya. Pemazmur di dalam kesusahannya tetap berseru kepada TUHAN. Jadi walaupun kita menyimpan banyak pertanyaan tentang TUHAN, tetapi sepatutnya kita meneladani pemazmur dengan tetap bersandar kepada TUHAN.
TUHAN tidak pernah meninggalkan kita. Dalam kesulitan kita, seharusnya kita tetap beriman kepada TUHAN karena percaya bahwa tidak ada allah lain selain daripada TUHAN. Untuk bisa sampai pada tingkatan iman seperti ini, maka langkah pertama yang harus kita perbuat adalah merenungkan dan mengingat perbuatan Tuhan yang ajaib dalam hidup kita. Carilah dan ingatlah bagaimana TUHAN menolong kita, dan apa yang kita alami bersama TUHAN.
Semua kita tentu pernah mengalami keajaiban TUHAN di dalam hidup ini, bukan? Jadikan pengalaman-pengalaman iman di masa lalu itu sebagai kekuatan menghadapi pergumulan dan tangan saat ini. Bahkan bukan itu saja, kita harus mengikuti apa yang diperbuat pemazmur, ykani menceritakan berbagai keajaiban itu kepada orang lain dan turun-temurun kita agar merekapun dapat menemukan kekuatan iman karena percaya pada Allah yang tidak berubah serta penuh kuasa itu.

Jadi marilah kita tetap beriman dan bersandar pada-Nya. Pengalaman masa lalu kita telah membuktikan bahwa TUHAN tidak pernah meninggalkan kita. Dia akan selalu setia kepada janjiNya. Selamat menghayati; mengingat dan merenungkan perbuatan Allah dalam hidup kita. Percayalah bahwa jika Dia menolong kita di masa lalu, maka kuasaNya pun ada dan siap mendampingi kita di saat mengalami pergumulan hari ini ataupun esok. Sebab sudah terbukti bahwa “TUHAN tidak pernah berubah”.  Amin.

0 komentar :

Posting Komentar

bahanrenungankita
karangjoang